ICN News – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi produk nikel Indonesia yang memiliki potensi sumber daya sangat besar. Nikel sebagai salah satu komoditas strategis nasional, memiliki peran krusial dalam berbagai industri di dalam negeri, salah satunya industri baterai kendaraan listrik. Dengan potensi nikel Indonesia yang berlimpah, Indonesia tidak hanya menjadi salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, tetapi juga memiliki cadangan nikel terbesar yang signifikan.
Kebijakan hilirisasi nikel diterapkan Pemerintah bertujuan untuk mengoptimalkan potensi nikel Indonesia melalui pengembangan industri smelter dan baterai kendaraan listrik. Kebijakan Pemerintah ini tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai tambah produk nikel, namun juga pada pengembangan sektor industri yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan hilirisasi, potensi nikel Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia Bahlil Lahadalia, dalam kegiatan Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta tanggal 14 Oktober 2024. Menurut Bahlil, saat ini hampir di seluruh dunia membicarakan tentang industri mobil listrik, yang mana komponennya 40% adalah baterai.
Lebih lanjut dijelaskan Bahlil, baterai untuk kendaraan listrik terdiri dari 4 komponen yaitu nikel, mangan, kobalt, dan lithium. Dari 4 komponen tersebut, 80%-nya adalah nikel. Indonesia memiliki 3 dari komponen tersebut yaitu nikel, mangan, dan kobalt. Untuk komponen mobil listrik berdasarkan biaya adalah baterai 40%, motor listrik 15%, dan komponen lainnya 45%. Komponen baterai pada mobil listrik yang banyak digunakan adalah Nickel-Cobalt-Aluminium (NCA), yang terdiri dari 80% nikel, 15% kobalt, dan 5% aluminium. Selain itu yang juga banyak digunakan jenis Nickel-Mangan-Cobalt (NMC811), komposisinya 80% nikel, 10% mangan, dan 10% kobalt.
Menurut perkiraan Kementerian ESDM, kebutuhan baterai di Indonesia hingga tahun 2030 diproyeksikan mencapai 108,2 GWh. Untuk mencapai target 20 juta kendaraan roda empat EV, diperlukan kapasitas baterai sebesar 780 GWh. Saat ini, kapasitas smelter di dalam negeri baru mampu memproduksi bahan baku setara 373 GWh, sehingga masih terdapat peluang investasi sebesar 407 GWh dalam sektor baterai EV.
Potensi Nikel Indonesia Salah Satu Terbesar di Dunia
Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi cadangan nikel yang sangat besar. Total sumber daya nikel di Indonesia mencapai 17,7 miliar ton untuk bijih nikel, dan sebesar 177,8 juta ton untuk logam nikel. Sedangkan cadangan nikel yang dapat diakses sebesar 5,2 miliar ton untuk bijih nikel dan sebesar 57 juta ton untuk logam nikel. Data ini menunjukan potensi nikel Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Menurut data Geologi Amerika, cadangan nikel Indonesia mencakup 40%-45% cadangan nikel di seluruh dunia.
Menurut data Kementerian ESDM, dari sisi produksi Indonesia juga mencatat pertumbuhan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021 produksi logam nikel Indonesia sebesar 1 juta ton, yang lalu meningkat menjadi 1,6 juta ton pada tahun 2022. Pada tahun 2023 produksi logam nikel Indonesia kembali meningkat menjadi 1,8 juta ton.
Sementara itu untuk data bijih nikel, menurut data Kementerian ESDM pada tahun 2023 produksi bijih nikel Indonesia tercatat sebesar 193,5 juta ton. Kementerian ESDM menyatakan pada tahun 2024 pihaknya telah menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produksi bijih nikel sekitar 240 juta ton. Data Kementerian ESDM mencatat kebutuhan bijih nikel di dalam negeri pada tahun 2024 hanya 210 juta ton, jadi kebutuhan bijih nikel di Indonesia sudah terpenuhi dari RKAB tahun 2024 ini.
Potensi nikel Indonesia tidak hanya terbatas pada cadangan yang sudah ada, tetapi juga meluas ke wilayah-wilayah greenfield yang menjanjikan. Lokasi-lokasi potensial untuk eksplorasi nikel mencakup Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Wilayah-wilayah ini diperkirakan memiliki cadangan nikel yang belum sepenuhnya dieksplorasi. Potensi ini menawarkan peluang besar untuk menemukan dan mengembangkan sumber daya nikel lebih lanjut di Indonesia.
Iklan dan berlangganan bisa hubungi: WA atau Email
Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting