Peluncuran Program SIRA dan Diskusi Ketahanan Iklim

Program SIRA

ICN News – Gelaran Perhelatan Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) 2024 telah memasuki hari terakhir. Sejak tanggal 11 hingga 14 September 2024, berbagai forum dan diskusi dihadirkan dengan membawakan inovasi, teknologi dan solusi dalam bidang penanggulangan bencana yang dihadirkan oleh peserta dari berbagai sektor dan negara.

Rangkaian acara yang telah dilakukan mencakup berbagai kegiatan, diantaranya peringatan dua dekade Tsunami Samudra Hindia (Indian Ocean Tsunami) tahun 2004, yang dihadiri oleh 10 perwakilan negara ASEAN termasuk Timor Leste; Global Forum for Sustainable Resilience (GSFR) ke-2, forum terkait Resiliensi Berkelanjutan yang menandai komitmen bersama dalam memperkuat strategi pengurangan risiko bencana; lokakarya USAID; rangkaian kegiatan lain seperti podcast eventbusiness matching, serta Afternoon Tea with ForLUPBI, serta di hari terakhirnya menyelenggarakan diskusi panel bersama ICLEI SEAS.

ADEXCO hari keempat ini turut menjadi penanda dimulainya program SIRA, atau Social Inclusive Resilience in Asia (Program Ketahanan Inklusif di Asia) di Indonesia. Program ini merupakan kolaborasi antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan ICLEI yang bertujuan untuk  membangun ketahanan iklim melalui antisipasi, pencegahan, dan pemulihan dari dampak perubahan iklim, terutama yang disebabkan oleh perkembangan teknologi, sosial, dan demografi yang cepat.

Pembukaan program secara simbolis dilakukan dengan pemukulan kentongan oleh  Dr. Raditya Jati selaku Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Arif Wibowo selaku ICLEI Country Manager, Arief Firiyanto, S.Sos, M.Si selaku Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian  Dalam Negeri, serta Eka Widyastama dari Komisi Nasional Disabilitas.

Dalam pencapaian tujuannya, program SIRA ini akan menggunakan empat pendekatan, yaitu:

  • Identifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan praktisi iklim di empat negara target yang salah satunya adalah Indonesia.
  • Tersusunnya modul dan pendekatan pelatihan yang disesuaikan untuk memperkuat kapasitas pemerintah daerah dan praktisi iklim lokal di 4 negara target yang salah satunya adalah Indonesia untuk mendukung pembangunan perkotaan berketahanan iklim yang inklusif secara sosial.
  • Meningkatkan kapasitas dan melibatkan berbagai kelompok rentan terhadap perubahan iklim, terutama perempuan, dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan daerah.
  • Meningkatkan dan menyebarkan pembelajaran dari program penguatan kapasitas di negara-negara Asia Pasifik lainnya melalui jaringan dan konferensi Nasional, regional, dan global.

ICLEI SEAS Indonesia adalah bagian dari jaringan global ICLEI Global (Local Governments for Sustainability), yang bekerjasama dengan pemerintah lokal dan regional untuk mendukung pembangunan perkotaan berkelanjutan. Didirikan pada tahun 1990, ICLEI global sudah berkolaborasi dengan lebih dari 2.500 kota dan wilayah di lebih dari 125 negara dan memfokuskan upayanya pada pengurangan emisi, ketahanan terhadap perubahan iklim, serta pengembangan ekonomi hijau. Di Indonesia, ICLEI SEAS turut berkolaborasi dengan berbagai kota dan kabupaten untuk mendorong kebijakan lingkungan dan memperkuat kapasitas daerah dalam menghadapi tantangan keberlanjutan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan Studi Kasus tentang Inklusivitas Sosial dan Ketahanan Iklim dari Pemerintah Daerah Semarang, Jambi dan Yogyakarta, serta Diskusi Panel: ‘Menyelaraskan Kebijakan Pembangunan Daerah untuk Ketahanan Iklim, Inklusi Sosial, Kesiapsiagaan Bencana, dan Solusi Berbasis Alam untuk Pertumbuhan Berkelanjutan’.

Kita semua sadar bahwa dampak dari bencana alam semakin terasa nyata dan sistemik, berjenjang dan bermata rantai. Namun, di tengah tantangan ini, kita juga melihat peluang besar untuk memperkuat kota dan kabupaten kita agar lebih tangguh, lebih siap, dan lebih inklusif dalam menghadapi masa depan. Karena kunci dari resiliensi bukan hanya terletak pada kebijakan atau infrastruktur semata, tetapi pada masyarakatnya,” ujar Dr Raditya Jati.

Studi kasus dan diskusi panel ini diharapkan dapat membantu membangun resiliensi kota dan kabupaten dalam menghadapi bencana serta tantangan perubahan iklim. Dengan pendekatan kolaboratif ini, pemerintah daerah tidak hanya lebih siap menghadapi bencana, tetapi juga lebih mampu merespons perubahan iklim secara adaptif. Ini adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan, di mana setiap anggota masyarakat dilibatkan.

ADEXCO diadakan sebagai upaya untuk mencari solusi atas perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, dan pembangunan berkelanjutan sebagai sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Selama 4 hari, kegiatan ini telah menjadi platform pertemuan dan diskusi stakeholder untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan menyelaraskan langkah demi menatap berbagai agenda global seperti Perjanjian Paris, penerus Kerangka Pengurangan Risiko Bencana Sendai, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020-2045 serta memanfaatkan momentum dari Deklarasi Pemimpin ASEAN tentang Ketahanan Berkelanjutan dan Visi Komunitas ASEAN 2045. Saya bangga dan bersyukur bahwa acara ini tidak berakhir di sini, tetapi ini menjadi pintu pembuka untuk kerjasama-kerjasama lebih lanjut kolaborasi multi-helix,” papar Andrian Cader, selaku penyelenggara ADEXCO 2024, mengapresiasi kesuksesan diselenggarakannya gelaran ini selama 4 hari.

 

Iklan dan berlangganan bisa hubungi: WA atau Email

Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting

share this article:

Facebook
X
WhatsApp

Baca Juga

Scroll to Top

“Easy to Read, Crucial to be Khowlegeable”

Search

Menu Pilihan

Kontak Kami

+62 878 7826 0925 (WA)
marketing@cdmione.com