ICN News – Indonesia terletak diantara Cincin Api dan Sabuk Alpide yang membentang dari Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatra, terus ke Himalaya, Mediterania dan berujung di Samudra Atlantik. Inilah sebabnya di Indonesia banyak gunung berapi aktif dan banyak terjadi gempa. Gunung-gunung berapi di Indonesia termasuk yang paling aktif dalam jajaran gunung berapi pada Ring of Fire. Gunung berapi di Indonesia terbentuk dalam zona subduksi lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Terletak dalam jalur “ring of fire”, Indonesia memiliki jumlah gunung berapi paling banyak di dunia.
Di Indonesia tercatat memiliki 130 gunung berapi yang merupakan 10% dari jumlah keseluruhan dunia. Dari 130 gunung berapi tersebut, 17 di antaranya masih aktif. Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Dengan cakupan wilayah sepanjang 40.000 km daerah ini berbentuk tapal kuda. Lingkaran Api ini terdiri atas 452 gunung berapi dimana sekitar 75% menjadi rumah bagi gunung berapi dan tidak aktif. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.
Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang tinggi terhadap bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Namun dibalik dari semua itu ada sisi baik dari ring of fire yaitu Indonesia di anugerahi kelimpahan sumber daya alam berupa bahan tambang yang dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia dan berdasarkan data Indonesia Mining Asosiation menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumber daya tambang diantaranya dengan potensi cadangan peringkat ke-8 dunia (cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia), dan peringkat ke-4 dunia dari sisi produksi sebesar 8,6%.
Indonesia memiliki potensi nikel yang tersebar di beberapa pulau yaitu Kalimantan, Sulawesi, Halmahera dan Papua. Endapan nikel dan kobalt di Indonesia merupakan endapan tipe laterit dengan yang terkandung dalam bijih limonit dan terutama bijih saprolit dengan kadar yang lebih tinggi. Rata-rata bijih laterit tersebut memiliki kandungan nikel berkisar antara 0.6% – 2.23%.
Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) adalah instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencarian potensi mineral termasuk nikel di seluruh wilayah Indonesia. Data neraca sumberdaya mineral tahun 2017 yang dikeluarkan oleh PSDMBP dan memuat hasil kegiatan eksplorasi PSDMBP dan perusahaan pemegang ijin usaha pertambangan mineral di Indonesia mencatat potensi bijih laterit nikel dengan total sumber daya (tereka, tertunjuk dan terukur) 6,5 milyar ton dan total cadangan (terkira, terbukti) 3,1 milyar ton. Bijih tipe laterite tersebut mengandung total sumberdaya dan cadangan nikel masing masing sebesar 95 juta ton dan 68,7 juta ton. Kobalt yang merupakan mineral ikutan dalam bijih nikel laterit memiliki jumlah total sumberdaya 7,2 juta ton dan total cadangan 1,2 juta ton. Jumlah ini masih mungkin bertambah dengan upaya eksplorasi yang terus dilakukan.
Selengkapnya….
Artikel ini bisa dibaca di Majalah ICN News Edisi April 2024
Iklan dan berlangganan bisa hubungi: WA atau Email
Butuh Buku Riset? Silahkan kunjugi CDMI Consulting